Sebuah Telaga atau danau yang sebenarnya adalah sebuah kawah yang berada di atas puncak Gunung Talaga Bodas yang terbentuk akibat letusan gunung berabad-abad yang lalu. Kalderanya membeku dan tergenangi air cukup lama hingga akhirnya terbentuklah telaga ini. Lalu apa sih yang menjadi keunikannya? Berikut saya sampaikan pengalaman  menjelajah kawasan Talaga Bodas.

Keindahannya memang tidak diragukan lagi oleh siapapun termasuk oleh pemerintah Kolonial dulu. Banyak buku-buku perjalanan wisata membahas akan keindahannya, bahkan saking indahnya tempat ini pemerintah kolonial pernah mengeluarkan surat keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 4 Februari 1924 yang mengukuhkan Talaga Bodas sebagai taman wisata sehingga pada waktu itu banyak turis asing yang datang ke tempat ini bahkan sambil berkuda. Dan masih dijaman itu pula potensi belerang di kawasan ini mulai ditambang untuk kepentingan medik dan kimia.  Untuk saat ini masih terdapat pabrik pengolahan belerang yang berada di daerah Wanaraja.

Talaga Bodas sendiri mempunyai arti telaga putih, dinamakan demikian karena memang air nya berwarna putih kehijau-hijauan karena kandungan belerangnya yang cukup tinggi. Letaknya yang berada diatas Gunung Talaga Bodas menjadikan udara disini cukup dingin dan berangin karena kawahnya berada di tengah-tengah hutan hujan tropis yang cukup lebat. Selain itu kawasan ini ternyata berada di wilayah perbatasan Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. Tepatnya di selatan Kecamatan Wanaraja. Jarak dari pusat Kota Garut sekitar 28 km.

Perjalanan kali ini saya lakukan bersama rekan saya Shela. Kami mulai sekitar jam 6 pagi, tapi sebelumnya saya mengisi tenaga dulu dengan dua buah surabi oncom berukuran jumbo yang cukup mengenyangkan. Dan ternyata penjual surabi ini sudah terkenal dan kini telah mencapai generasi ketiganya, sehingga rasanya tetap nikmat & mantep. Kami menikmati surabi hangat ini di alun-alun Garut sambil menikmati udaranya yang segar ditambah pemandangan gunung yang masih tertutup kabut.

Perjalanan menuju Telaga Bodas memang tidak semulus yang saya pikirkan, awalnya sih memang jalan beraspal lama kelamaan berubah menjadi jalan berbatu yang menurut saya cukup berbahaya dan untung saja saya menggunakan kendaraan yang lumayan tangguh walau bukan kendaraan off road. Tepat di belokan setelah satu jam lebih perjalanan saya bertanya arah kepada penduduk sekitar dan saya dianjurkan untuk mengambil jalan pintas ke arah kebun penduduk yang jalannya lebih bagus. Jalannya memang bagus masih tampak baru di semen, tapi hanya cukup untuk satu kendaraan roda dua saja dan menanjak pula serta berbelok cukup tajam, namun pemandangan yang sangat indah membuat saya lupa akan jalanan yang jelek yang telah say alewati tadi. Kebun penduduk telah saya lewati hingga jalan berbatu saya temui kembalin dan suasana off road pun saya jajal. Waktu demi waktu saya lewati, pemandangan gunung berselimut kabut akan menemani sepanjang perjalanan bahkan ada gunung berbentuk pyramid seperti di Mesir.

Akhirnya saya sampai di pertigaan, dimana saya harus mengambil arah kekanan untuk menuju kawah karena kalau lurus akan kearah Karaha di Tasikmalaya. Melewati sumur gas bumi disebelah kiri tampak beberapa petugas sedang memperbaiki saluran gas bumi yang entah dialirkan kemana dan biasa disebut juga kawasan tersebut dengan sebutan sumur 1 karena ada juga sumur 2 dan sumur-sumur lainnya.

Dari kawah ini sebenarnya juga terpendam potensi panas bumi. Tak aneh jika sesekali di atas kawah muncul hembusan dan kepulan asap putih. Temperatur gasnya bisa mencapai 85° – 95°C. Potensi panas bumi dari kawah ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk PUP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) seperti sudah dilakukan di Kawah Kamojang dan Darajat. Bahkan tahun 1990-an sudah pula dibangun instalasi untuk itu. Sayangnya proyek tersebut gagal karena hantaman krisis ekonomi dan saat ini pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi mulai dijalankan lagi dan konon katanya daya listrik yang dihasilkan bisa untuk menerangi daerah Jawa Barat. Waw sebuah potensi yang memang harus benar-benar dijalankan.

Kembali keperjalanan! Saya mengambil jalan lurus dari sumur satu ini hingga bertemu dengan percabangan kekiri dan kenanan. karena tidak ada tanda kemana saya harus memilih jalur, maka saya kembali ke tempat petugas tadi berada dan menurutnya saya harus mengambil arah kanan. Sebenarnya sih saya ragu karena saat mereka memberitahu tampak tidak serius.

Semak-semak yang terbelah dijalan menunjukan jalan ini sangat jarang dilewati kendaraan. Dua setengah jam telah saya lalui hingga tampak sebuah pos penjagaan disebelah kiri dengan portal kayunya dan rumah tempat istirahat serta warung yang sudah tidak terpakai disebelah kanan Nampak serem juga karena tidak ada satu orang pun di tempat ini. Sisa-sisa peninggalan Belanda berupa tangga-tangga pun masih bisa terlihat walau tertutup rerumputan. Tampak dari jauh sebuah pemandangan  yang cukup indah dengan airnya yang berwarna kehijauan semakin membuat saya penasaran ingin segera mendekat. Sayapun sampai juga di Telaga Bodas kesan kagum karena indahnya tempat ini bercampur dengan rasa takut juga karena tidak ada satu orang pun.

Didepan saya terhampar sebuah telaga yang mengeluarkan gelembung-gelembung kecil dengan air berwarna putih kehijauan serta asap putih yang terbawa angin ditambah dengan latar belakang Gunung Talaga Bodas yang masih berdiri dengan gagahnya menambah indahnya ciptaan tuhan ini. Disebelah kiri terdapat sungai yang mengalirkan air dari telaga ini entah dimana hilirnya berada. Setelah puas menikmati Telaga Bodas ini saya putuskan untuk pulang karena dengan bau belerang yang menyengat ditambah panasnya sang mentari dan perjalanan yang cukup menantang membuat perut semakin lapar.

Perjalanan pulang memang akan lebih cepat karena jalanan yang menurun, tapi ternyata saya jadi harus lebih exstra hati-hati salah langkah bisa-bisa saya terguling (lumayan batu semua bisa benjol-benjol tuh!), bahkan rekan saya wajahnya ga karuan antara pengen nangis Karena takut jatuh & pengen ketawa ngeliat saya yang ketawa-ketawa. Akhirnya sampai juga di Garut kota waktunya santap siang. Sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan dan menegangkan.

Ayo jelajahi indahnya nusantara ini, kenali negerimu kenali Indonesiamu!

Comments
  1. Keren ndey! jadi gunung ini teh sebelah2 masuk Garut dan Tasik?

    • oejang_endey says:

      Klo dey mah ngambil jalur dari Garut dari Wanaraja, tapi bisa juga lewat tasik cuman lum pernah euy. sok atuh ngaleut kesana sambil ke Kampung mati Dayeuh manggung & Mesjid Cipari yang kata BR.

  2. zoerry says:

    mantaplah.. ntar kesana jugaa aaaah.. 😛

Leave a reply to zoerry Cancel reply